Pesatnya kemajuan
teknologi keuangan di Indonesia saat ini telah menciptakan kondisi
semakin mudahnya seseorang mendapatkan akses keuangannya (unpresedented access
to money). Saat ini banyak perbankan yang memasang mesin-mesin ATM (Anjungan
Tunai Mandiri) di sekolah-sekolah dan perumahan, dan semakin banyaknya
para Orang Tua yang memberikan fasilitas kartu kredit kepada anak-anaknya.
Bahkan, bagi sebagian besar orang-tua di
Indonesia saat ini, dikarenakan oleh kesibukan pekerjaannya, kalimat yang
cenderung sering dilontarkan kepada anak mereka ketika membicarakan
permasalahan keuangan adalah hanya berupa; “seberapa besar uang yang kamu
butuhkan ?”.
Inilah yang merupakan kesalahan besar
para orang tua di Indonesiasaat ini. Padahal uang bukanlah hanya sekedar
alat bayar belaka bagi anak-anak mereka. Uang adalah merupakan hal yang
kompleks, dan bahkan dapat mempengaruhi perkembangan kejiwaan anak-anak mereka
tersebut.
Semakin ramainya iklan dan promosi barang-barang konsumtif menyerbu
masyarakat modern Indonesia, turut ikut memacu semakin besarnya hasrat
anak-anak dan remaja saat ini untuk berprilaku konsumtif. Bahkan barang atau
komoditi yang dahulu dipandang sebagai barang mewah, saat ini seakan sudah
menjadi kewajaran bagi masyarakat umum untuk membeli dan menggunakannya.
Sangat disayangkan bahwa masih cukup banyak masyarakat kita saat ini yang
belum mempunyai (kurang memiliki) kesadaran dalam memberikan pengetahuan dasar
mengenai pengelolaan penggunaan uang sejak dini kepada anak-anaknya. Kurangnya
pembelajaran sejak dini kepada anak-anak dan remaja, menyebabkan mereka kurang
pandai dalam mengambil keputusan ketika menggunakan uang.
Setidaknya, para orang
tua tersebut hendaknya mengupayakan waktu yang cukup ketika hendak berbicara
mengenai uang kepada anak mereka, karena uang akan mengandung hal yang cukup
kompleks.
Memang pembelajaran
mengenai keuangan sejak dini terhadap anak-anak di Indonesia secara formal
masih merupakan hal yang sangat sulit untuk didapatkan, walaupun masalah ini
(financial illiteracy) sudah sejak 30 tahun yang lalu dilakukan secara formal
di dunia pendidikan di Amerika Serikat.
Namun demikian,
pembelajaran sejak dini ini sebenarnya dapat dilakukan dengan cara-cara yang
sangat mendasar terlebih dahulu, yaitu sejak dini anak-anak tersebut diberikan
pengetahuan dasar dalam hal mengontrol cara mereka membelanjakan uang.
Pembelajaran ini
dilakukan dengan menanamkan kepada anak-anak sejak dini untuk dapat membedakan
antara ’Kebutuhan’ dan ’Keinginan’ (wants and needs) mereka dalam membelanjakan
uangnya.
’Kebutuhan’ adalah merupakan suatu keharusan atau bersifat mutlak,
sedangkan ’Keinginan’ adalah merupakan suatu pilihan dan bukanlah merupakan hal
yang wajib dilakukan.
Dengan menanamkan pengertian dasar tersebut diatas, maka secara langsung
kita juga telah mengajarkan mereka sejak awal untuk menjadi bijak dalam
membelanjakan uangnya.
Selain itu, hal lain yang sangat penting yang harus diingat oleh para
orang-tua dalam pembelajaran dini mengenai keuangan kepada anak-anak ini adalah
bahwa ‘cara pembelajaran yang baik adalah dengan cara menjadi teladan
(role-model) yang baik bagi anak-anak mereka sendiri’.
Harap diingat bahwa saat ini ‘sex-education’ saja sudah diperkenalkan sejak dini kepada anak-anak (sesuai dengan levelnya), oleh karena itu pembelajaran mengenai keuangan-pun sudah seharusnya juga diperkenalkan sejak dini kepada anak-anak kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar